بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Tafsir
Al Mulk ayat 3-4 dengan Matematika
.... Kamu sekali-kali
tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.
Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan
tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.
(QS 67:3-4)
Suatu hari
seorang anak datang kepada guru matematikanya sambil membawa soal soal latihan
yang dia kerjakan semalam. Sambil menunjukkan salah satu soal mengenai barisan
bilangan;
1, 2, 4, 8, 16, 31, ..., ...., ....
Murid
tersebut berkata kepada gurunya, "Pak, ini salah soalnya! bilangan
terakhir pada soal barisan bilangan ini seharusnya 32
bukan 31!".
Gurunya menjawab "Mengapa kamu berkesimpulan begitu?"
Sang murid dengan bersungut sungut menjelaskan "Lima buah bilangan sebelum
31 adalah barisan bilangan yang berpola 2n
(dua pangkat n) pak, jadi kalau pola
bilangannya 2n dan dimulai
dari n = 0, maka bilangan ke enam
seharusnya 32 karena 25
itu adalah 32, bukan 31".
sambil dia menuliskan apa yang diterangkannya di papan tulis.
20 = 1, 21
= 2, 22 = 4, 23 = 8, 24
= 16, Jadi tiga bilangan selanjutnya seharusnya 25,
26 dan 27
yang adalah 32, 64 dan 128.
Sedangkan kalau 31, maka bilangan bilangan
itu tidak membuat barisan bilangan yang berpola, pak.
Sang guru berusaha keras untuk tersenyum manis dan berkata "Nak, bilangan 31 itu dituliskan bukan tanpa alasan. Jika maksud
si pembuat soal adalah supaya kamu mendapatkan pola 2n,
maka dia cukup menuliskan lima buah bilangan saja, yaitu sampai pada bilangan 16. Sedangkan disini dia menuliskan sampai
bilangan keenam yaitu 31, pasti ada
maksudnya.
Sang murid terdiam sesaat, lalu melanjutkan protesnya "Tapi pak, kalau
bilangan keenamnya adalah 31 alih alih 32, maka bilangan bilangan ini tidak akan membentuk
pola, sehingga kita tidak bisa menentukan bilangan bilangan bilangan
selanjutnya.
"Coba kamu teliti lagi dan kamu pikirkan lagi, apakah memang bilangan
bilangan tersebut tidak ada polanya?", sang guru balik bertanya.
Setelah terdiam dan berpikir sesaat, si murid menjawab, "saya tetap tidak
melihat polanya pak!"
"Cobalah kamu pikirkan sekali lagi, selidikilah selisih-selisih bilangan
tersebut", ucap sang guru.
Setelah beberapa lama dan berkali kali mencorat coret dan menghapus, akhirnya
sang murid berteriak "Oh saya tahu pak, sekarang!"
Coba tunjukkan pada bapak, bagaimana cara kamu mendapatkan pola bilangan
bilangan tersebut.
Dengan semangat si murid mulai menjelaskan;
"Barisan
bilangan
1 2
4 8 16
31
selisihnya
adalah:
1 2 4
8 15
dan selisih
dari selisih ini
adalah: 1 2
4 7
dan jika
dicari selisihnya lagi adalah: 1 2 3
.....
dari sini
bisa disimpulkan bahwa bilangan selanjutnya setelah 1, 2 dan 3 adalah 4, 5 dan
6. Lalu prosesnya dibalik untuk mencari barisan barisan diatasnya,
sehingga
barisan
bilangan paling bawah menjadi
:
1, 2,
3, 4, 5,
6
dan seterusnya
barisan bilangan diatasnya
menjadi:
1, 2,
4, 7, 11,
16, 22 dst
barisan
bilangan diatasnya
menjadi: 1, 2, 4,
8, 15, 26, 42,
64 dst
dan akhirnya
barisan bilangan yang dicari menjadi: 1,
2, 4, 8, 16
31, 57 99,
163 dst
Jadi soal
diatas memang membentuk pola barisan bilangan pak" ucap si murid dengan
puas.
Benar sekali! kamu memang cerdas! bapak bangga
padamu. ujar sang guru. Kemudian dia mengambil alih papan tulis seraya berkata
"Sebenarnya barisan bilangan ini, yang kamu tadi katakan bukan barisan
bilangan berpola, sangat mempunyai pola. Pola, atau patron atau rumus dari
bilangan ini adalah:
(n4 - 6n3 + 23n2
-18n + 24) /24
Bahkan bilangan ini tersirat dalam Segitiga Pascal
Jika segi tiga pascal kita beri sebuah garis miring, maka
bagian sebelah kanan garis tersebut, jika kita jumlahkan baris demi baris, maka
akan kita dapat:
Baris pertama : 1
Baris kedua : 1 + 1 = 2
Baris ketiga : 1 + 2 + 1 = 4
Baris keempat : 1 + 3 + 3 + 1 = 8
Baris kelima : 1 + 4 + 6 + 4 + 1 = 16
Baris keenam : 5 + 10 + 10 + 5 + 1 = 31
Baris ketujuh : 15 + 20 + 15 + 6 + 1 = 57
Baris kedelapan : 35 + 35 + 21 + 7 + 1 = 99
Baris kesembilan : 70 + 56 + 28 + 8 + 1 = 163
Dan Seterusnya ...........................................
yang adalah barisan bilangan tadi.
"Jadi barisan bilangan yang tadi kamu tuduh bukan sebuah barisan, memiliki
banyak cara untuk dibuktikan bahwa dia benar benar sebuah barisan" ucap
sang guru.
Dengan cengiran malu si murid berusaha membela diri "hehehe .. iya ya pak,
sekarang saya baru paham bahwa itu adalah barisan, sebab yang saya tahu selama
ini berdasarkan pengalaman saya mengerjakan soal soal matematika, kalau
bilangan bilangan akhir adalah dua kali bilangan awalnya, maka polanya adalah 2n, karena itulah saya menyalahkan
bilangan 31 di barisan tersebut."
"Itulah inti pelajaran yang bisa kau petik dari sini" kata guru yang
tampangnya tidak bisa dibilang bijak. "Alam ini dan ilmu pengetahuan
tentangnya begitu luas, jauh lebih banyak yang kita tidak ketahui daripada yang
kita ketahui, jauh lebih banyak yang kita tidak pernah alami daripada yang kita
alami, oleh karena itu dalam memandang ciptaan Tuhan, kita disuruh olehNYA
untuk memandang berkali kali sebelum menilai atau menyimpulkan, karena kadang
pengetahuan dan pengalaman yg kita dapatkan tidaklah cukup atau belum cukup utk
menyimpulkan sesuatu secara benar. Dalam kehidupan pun begitu, kadang ada
orang-orang yg bahkan menyalahkan Tuhan dengan menuduh Tuhan tidak adil.
padahal yg terjadi adalah akal fikiran mereka yg tidak/belum sampai mengerti
betapa sangat Adilnya Tuhan".
"Itulah pemahaman bapak tentang apa yang tertulis dalam surat Al Mulk ayat
3-4, sebuah ayat yang juga pernah dibacakan oleh Abdussalam diajang pemberian
hadiah nobel Fisika".
Wallahualam
^D_wi^