BAB I
PENDAHULUAN
Setiap
pendididkan selalu berurusan dengan manusia, karena hanya manusia yang dapat
dididik dan harus selalu dididik. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang
dikaruniai potensi untuk selalau menyempurnakan diri melalui proses belajar. Tentu
sangat logis bagi manusia untuk memilih jalur pendidikan untuk meningkatkan
potensi belajarnya. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru berpangkal
pada suatu kurikulum, dan dalam proses pembelajaran guru juga berorientasi pada
tujuan kurikulum, pada suatu sisi guru adalah pengembang kurikulum, sedangkan
pada sisi lainnya guru adalah pembelajar siswa yang secara aktif membelajarkan
siswa sesuai dengan kurikulum sekolah.
Pada
hakekatnya, mengajar itu adalah suatu proses dimana
pengajar dan murid menciptakan lingkungan yang baik, agar terjadi kegiatan
belajar yang berdayaguna, untuk mengatasi problematika dalam
pelaksanaan pembelajaran,tentu diperlukan model-model mengajar. Menurut Joyce model mengajar adalah suatu deskripsi dari
lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran,
perlengkapan belajar, pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia,
dan bantuan belajar melalui program komputer.
Quantum Teaching menguraikan cara-cara baru
yang memudahkan proses pembelajaran lewat pemaduan unsur seni dan
pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan,
Quantum Teaching merupakan belajar yang meriah dengan segala nuansanya yang
menyertakan segala interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar dan
berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas. (DePorter, 2005 : 14 )
Jika
sejenak membayangan kelas, ruang kuliah ataupun ruang tempat siswa siswa
belajar dan kemudian didalamnya terdengar suara dengungan para siswa yang
tertarik dan memperhatikan guru saat menerangkan pokok pelajaran, tangan-tangan
teracung dengan antusias, tubuh-tubuh condong kedepan penuh rasa ingin tahu dan
gemuruh sukaria penuh dengan perayaan. Maka akan ada rasa keriangan berbagi wawasan
dan kehangatan saling tukar perkataan yang menyemangatipara siswa. Keadan ini
adalah meupakan efek yang muncul dari pemakaian Quantum Teaching.
Segala
sesuatunya dapat berarti setiap kata, pikiran, tindakan dan asosiasi dan sampai
sejauh mana guru mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran maka
sejauh itulah proses belajar berlangsung. Hubungan dinamis dalam lingkungan
kelas merupakan landasan dan kerangka untuk belajar. (DePorter, 2001 : 40)
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Model Pembelajaran Quantum
Quantum
Teaching pertama kali dipakai oleh DePorter. Mulai dipraktekkan pada tahun
1992. Dengan mengilhami yang terkenal dalam fisika Kuantum yaitu
masa kali percepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Dari rumusan itulah dapat
didefinisikan bahwa Kuantum adalah sebuah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Dengan demikian,
Quantum Teaching berarti pengubahan belajar yang meriah dengan segala
nuansannya yang menyertakan segala Kaitan, Interaksi dan perbedaan yang
memaksimalkan moment belajar dalam kelas. Interaksi-interaksi ini mencakup
unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Sehingga
dapat mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan
bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Segala hal yang dilakukan dalam
kerangka Quantum Teaching yaitu setiap interaksi dengan siswa, setiap rancangan
kurikulum, dan metode intruksional dibangun diatas prinsip “Bawalah dunia
mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Hal ini
mengingatkan pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama untuk
mendapatkan hak mengajar. (DePorter, 2005 : 16)
Quantum
Teaching diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated
Learning (Lozanov), Multiple Intelligences (Gardner), Neuro-Linguistic
programming (Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic
Inquiry, Cooperative Learning (Johnson dan Johnson), dan elements of effective
interaction (Hunter). Quantum Teaching merangkaikan yang paling baik dari yang
terbaik menjadi sebuah paket multisensory, multi kecerdasan dan kompatibel
dengan otak, yang pasa akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami
dan kemampuan murid untuk berprestasi. (Suyatno, 2009 : 39)
Untuk
menjadi seorang Quantun Teacher, maka seorang guru harus mampu mengorkestrasi pembelajaran
sesuai dengan modalitas dan gaya para pengajarnya. Quantum Teacher juga harus mampu mengajarkan
keterampilan hidup ditengah-tengah keterampilan akademis, mencetak atribut
mental/fisik/spiritual para siswanya. Karena Quantum Teacher harus dapat mendahulukan interaksi
dalam lingkungan belajar, memperhatikan kualitas interaksi antar pelajar,
antara pelajar dan guru dan antara pelajar dan kurikulum. Selain itu Quantum
Teaching juga diharapkan mampu menjalankan
tujuh pedoman untuk presentasi yang sukses saat dalam proses pembelajaran.
Diantaranya, adalah memahami secara spesifik apa yang guru inginkan terjadi
dalam setiap bagian proses belajar, membangun kredibilitas dan membina hubungan
yang baik dengan siswa, menyesuaikan pelajaran dengan kebutuhan mereka,
mengubah keadaan siswa hingga mencapai keadaan target, melibatkan modalitas
siswa, memanfaatkan ruangan dengan baik, dan menyampaikan pesan yang terbuka,
jujur dan adil secara tulus dan kongruen. (Hamdani, 2011 : 285)
Model
ini dapat digunakan untuk semua matapelajaran pada semua jenjang dan jenis
pendidikan, hanya saja diantaranya disesuaikan dengan siapa yang menjadi
peserta didik dan apa mata pelajarannya. Model ini merupakan proses
pembelajaran yang akrab dan menyenangkan baik bagi peserta didik maupun
pendidik dalam proses pembelajaran . Oleh Karena itu, proses pembelajaran ini
sangat membutuhkan guru yang menguasai materi ajar dan mempunyai sifat peramah
bukan pemarah. (Agus Nggermanto, 2002 : 183)
B.
Prinsip Model
Pembelajaran Quantum
Quantum Teaching memiliki lima
prinsip, atau kebenaran tetap. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Segalanya Berbicara
Segalanya dari lingkungan kelas
hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, dari alat bantu mengajar sampai alat
peraga, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
2. Segalanya Bertujuan
Semua yang terjadi dalam pengubahan
mempunyai tujuan, semuanya.
3. Pengalaman Sebelum Pemberian Nama
Otak berkembang pesat dengan adanya
rangsangan kompleks, yang akan menggerakan rasa ingin tahu, oleh karena itu,
proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami
informasi sebelum memperoleh nama / konsep yang akan dipelajari.
4. Alat Setiap Usaha
Belajar matematika jelas mengandung
resiko. Belajar terjadi melangkah keluar dari kenyamanan, maka siswa patut mendapat pengakuan atas
kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
5. Jika layak dipelajari, maka layak
pula dirayakan.
Perayaan adalah serapan pelajaran
sukses, perayaan atau pemberian penguatan akan memberikan umpan balik mengenai
kemajuan dan meningkatkan emosi positif dalam belajar matematika. (Suyatno,
2009: 41)
C.
Strategi
Pembelajaran Quantum
1. Mengorkestrasikan suasana yang
menggairahkan
Suasana kelas adalah penentu
psikologi utama yang mempengaruhi belajar akademis menurut Walberg dan
Greenberg. Adapun kunci untuk membangun suasana tersebut adalah :
a. Kekuatan Terpendam ( NIAT )
Niat guru atau kekuatan akan
kemampuan sangat berpengaruh pada kemampuan itu sendiri untuk dapa memotivasi
peserta didik pandangan guru akan lebih cepat.
b. Jalinan Rasa Simpati dan Saling
Pengertian
Dengan membangun jalinan rasa
simpati dan saling pengertian dapat membangun jembatan menuju kehidupan dunia
baru siswa, mengetahui minat kuat mereka dan berbicara dengan bahasa hati
mereka.
c. Keriangan dan Ketakjuban
Keriangan dan ketakjuban dapat
membawa siswa siap belajar dan lebih mudah dan bahkan mengubah sikap negatif.
Bentuk keriangan atau kegembiraan yang biasa digunakan adalah : tepuk tangan,
tiga kali hore, wuus, jentikan jari, poster umum, catatan pribadi,
persekongkolan, pengakuan kekuatan, kejutan, pujian pada teman sebangku,
pernyataan afirmasi dan “wow”.
d. Rasa Saling Memiliki
Rasa saling memiliki akan mempercepat
proses pengajaran dan meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik misalnya :
tepuk, wow, sebelum memulai belajar, menepuk segmen, mengakhiri segmen
tertentu.
e. Keteladanan
Memberi teladan adalah salah satu
cara ampuh untuk membangun hubungan dan memahami orang lain serta akan
menambahkan kekuatan kedalam pembelajaran.
2. Mengorkestrasikan Landasan Yang
Kukuh
a. Tujuan Yang Sama
Tujuan yang sama yaitu mengembangkan
kecakapan dalam mata pelajaran matematika, menjadi pelajar yang lebih baik dan berinteraksi sebagai
pemain tim.
b. Prinsip-Prinsip dan Nilai Yang Sama
Satu set prinsip tersebut adalah 8
kunci keunggulan yaitu : 1) Integritas (kejujuran), 2) kegagalan awal
kesuksesan, 3) bicaralah dengan baik, 4) hidup disaat ini, 5) komitmen, 6)
tanggung jawab, 7) sikap luwes, 8) kesinambungan.
c. Keyakinan Akan Kemampuan Pelajar,
Belajar Dan Mengajar
Seorang guru harus yakin dengan
kemampuan belajar siswanya. Mulailah mengajar dari sudut pandang bahwa guru
biasa menjadi luar biasa, maka akan berpengaruh pada orang-orang disekitar
khususnya peserta didik.
d. Kesepakatan, kebijakan, prosedur dan
peraturan.
Kesepakatan : Lebih informal
daripada peraturan, dan konkret untuk melancarkan jalannya pelajaran.
Kebijakan : Mendukung komunitas
belajar.
Prosedur : Memberitahu peserta didik
apa yang diharapkan dan tindakan apa yang diambil. (Martinis, 2007 : 97)
3. Mengorkestrasikan Lingkungan Yang
Mendukung
a. Lingkungan Sekeliling
Gunakan poster ikon (symbol), poster
afirmasi (motivasi dan gunakan warna).
b. Alat bantu yakni benda yang mewakili
gagasan.
c. Pengaturan bangku
Misalkan mengatur bangku menjadi
bentuk setengah lingkaran untuk diskusi kelompok besar yang dipimpin oleh
seorang fasilitator.
d. Musik
Musik membantu pelajar bekerja lebih
baik dan mengingat lebih banyak, merangsang, meremajakan, dan memperkuat
belajar baik secara sadar maupun tidak sadar. (DePorter, 2005 : 67)
4. Mengorkestrasikan Perencanaan
Pengajaran Yang Dinamis
a. Dari dunia mereka ke dunia kita
Maksudnya seorang guru harus mampu
menjembatani jurang antara dunia siswa dengan dunia gurunya. Hal ini memudahkan
guru membangun jalinan antara guru dengan siswa.
b. Modalitas Vak ( Visual Auditorial
Kinestik )
·
Visual, ciri-ciri : Teratas, memperhatikan segala sesuatu,
menjaga penampilan, mengingat dengan gambar, lebih suka membaca daripada
dibacakan, membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh untuk meningkatkan daya
serap membutuhkan untuk dilihat dan diamati senang.
·
Auditorial, ciri-ciri : Perhatian mudah pecah, berbicara
dengan pola berirama, belajar dengan cara mendengarkan, dan bersuara saat
membaca untuk meningkatkan daya serat menggunakan suara seperti nyanyian, puisi
bahkan diskusi.
·
Kinestik, ciri-ciri : mudah Mengingat dan ungkapan wajah
banyak bergerak / belajar langsung dengan mengerjakan, senang dengan kegiatan
fisik untuk meningkatkan daya serap, memudahkan media, senang dengan kegiatan
fisik untuk meningkatkan daya serap, memudahkan media yang dapat dipegang dan
disentuh langsung.
·
Model kesuksesan dari sudut pandang
Ada dua factor utama yang membantu
menentukan kesuksesan siswa yakni kesulitan pelajaran dan derajat resiko
pribadi. Hal-hal yang dapat dilakukan guru untuk kesuksesan siswanya yakni,
saat memperkenalkan isi pelajaran selalu menyanyikan dengan menggunakan unsur
V-A-K, sering melakukan pengulangan, membuat kelompok kecil untuk memantapkan
belajar dan menyelesaikan secara perseorangan. (DePorter, 2005 : 123)
c. Kecerdasan Berganda Bertemu Slum-n-Bil
Kecerdasan yang dimaksud di sini
adalah special visual, linguistic verbal, interpersonal, musical ritmik,
naturalis badan kinestik dan logis matematika. Tetapi seorang guru harus keluar
dari zona nyaman dalam mengajar dan merancang pengajaran siswa harus diberi kesempatan mengatur kecerdasan
sesuai dengan potensinya.
d. Penggunaan Metafora, Perumpamaan
Dengan Sugesti
Metafora dapat membantu menghidupkan
konsep-konsep yang dapat terlupakan memunculkannya ke dalam otak secara mudah dan cepat. Perumpamaaan akan
memudahkan siswa untuk lebih mengerti susegti memiliki kekuatan mendalam.
D.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Quantum
Agar proses pembelajaran dengan model quantum teaching ini
dapat benar-benar sedinamis mungkin. Maka, perlu melalui langkah-langkah di bawah ini yang sering dikenal
sebagai kerangka rancangan quantum teaching TANDUR yaitu : (Suyatno,
2009: 42)
1.
Langkah pertama: Tumbuhkan
Pada
langkah ini guru harus menumbuhkan motivasi dan semangat belajar siswa. Dan
memberi tahu siswa bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas pendidikan
mereka sendiri, mengaitkan pelajaran dengan masa depan dan berguna
dalam dunia nyata. Sehingga mereka tahu apa manfaat dari apa yang sedang mereka pelajari bagi diri
mereka biasannya dikenal dengan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku). (DePorter,
2005 : 54)
2.
Langkah Kedua : Alami
Guru
memberikan
pengalaman kepada siswa dan memanfaatkan
hasrat alami otak untuk menjelajah. Karena pengalaman membangun keingintahuan
siswa dan dapat menciptakan beberapa pertanyaan dalam benak mereka. Saat pengalaman terbentang,
guru mengumpulkan informasi untuk memaknai pengalaman tersebut. Inforamsi ini membuat
yang abstrak menjadi konkrit.
3.
Langkah Ketiga : Namai
Setelah
membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka, maka
penamaan dapat memuaskan keingintahuan siswa. Penamaan memuaskan hasrat alami
otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan. Penamaan
merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya. Guru
menyediakn kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dan sebuah masukan.
4.
Langkah Keempat : Demonstrasi
Guru
diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Guru
memberikan peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam
pembelajaran yang lain dan ke dalam kehidupan mereka serta
mampu memperagakan
tingkat kecakapan mereka dengan pengetahuan yang baru saja mereka miliki.
5.
Langkah Kelima : Ulangi
Siswa
diberi kesempatan untuk mengajarkan pengetahuan baru mereka kepada orang lain.
Tentunya, dengan menggunakan cara yang berbeda dari asalnya. Pengulangan memperkuat
koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Dan tentunya
menunjukan pelajar cara-cara mengulang materi yang telah dibahas.
6.
Langkah Keenam: Rayakan
Pada
langkah terakhir ini, saatnya untuk memberikan penghormatan atas usaha,
keberhasilan dan ketekunan yang dilakukan dengan perayaan. Hal ini akan
memperkuat kesuksesan dan memberi motivasi siswa. Perayaan disini dapat
dilakukan dengan memberikan pujian, bernyanyi, bermain tepuk, pesta kelas dan lain-lain. (Win Wenger, 2004 : 57)
E.
Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Quantum
Kelebihan Model Pembelajaran Quantum :
·
Dapat membimbing peserta didik kearah berfikir yang sama
dalam satu saluran pikiran yang sama.
·
Karena Quantum Teaching lebih melibatkan siswa, maka saat
proses pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang
dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara
teliti.
·
Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak
memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.
·
Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
·
Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara
teori dengan kenyataan, dan dapat mencoba melakukannya sendiri.
·
Karena model pembelajaran Quantum Teaching membutuhkan
kreativitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan siswa untuk
belajar, maka secara tidak langsung guru terbiasa untuk berfikir kreatif setiap
harinya.
·
Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau
dimengerti oleh siswa.
Kelemahan Model Pembelajaran Quantum
·
Model ini memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang
disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil
waktu atau jam pelajaran lain.
·
Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai
tidak selalu tersedia dengan baik.
·
Karena dalam metode ini ada perayaan untuk menghormati usaha
seseorang siswa baik berupa tepuk tangan, jentikan jari, nyanyian. Maka dapat
mengganggu kelas lain.
·
Banyak memakan waktu dalam hal persiapan.
·
Model ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena
tanpa ditunjang hal itu, proses pembelajaran tidak akan efektif.
·
Agar belajar dengan model pembelajaran ini mendapatkan hal
yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran. Namun kadang-kadang ketelitian
dan kesabaran itu diabaikan. Sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai
sebagaimana mestinya.
F.
Aplikasi Model Pembelajaran Quantum
Menyelesaikan
sistem persamaan linear tiga variabel dan merancang model matematika dari
masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear.
Sistem persamaan linear tiga
variabel terdiri atas tiga persamaan linear yang masing-masing memuat tiga
variabel. Dengan demikian, SPLTV dalam variabel x, y, dan z dapat ditulis
sebagai:
ax + by + cz = d a1x + b1y
+ c1z = d1
ex + fy + gz = h atau a2x
+ b2y + c2z = d2
ix + jy + kz = l a3x
+ b3y + c3z = d3
dengan a, b, c,
d, e, f, g, h, i, j, k, dan l atau a1, b1, c1, d1,
a2, b2, c2, d2, a3, b3,
c3, dan d3 merupakan bilangan-bilangan real. Untuk
selanjutnya gunakan bentuk umum sistem persamaan linear yang kedua.
Jika nilai x =
x0, y = y0, dan z = z0, ditulis dengan
pasangan terurut (x0, y0, z0), memenuhi SPLTV
diatas, maka haruslah berlaku hubungan
a1x0 + b1y0
+ c1z0 = d1
a2x0
+ b2y0 + c2z0 = d2
a3x0
+ b3y0 + c3z0 = d3
Dalam hal
demikian (x0, y0, z0) disebut penyelesaian sistem persamaan linear
tersebut dan himpunan penyelesaiannya ditulis sebagai [(x0,
y0, z0)].
Seperti halnya
SPLDV, penyelesaian atau himpunan penyelesaian SPLTV dapat ditentukan dengan
beberapa cara, diantaranya adalah dengan menggunakan :
·
Metode
substitusi
·
Metode
eliminasi
·
Metode
determinan.
1.
Metode Substitusi
Langkah-
langkah penyelesaian SPLTV (dalam x, y, dan z) dengan menggunakan metode
substitusi adalah sebagai berikut:
Langkah 1:
Pilihlah salah
satu persamaan yang sederhana, kemudian nyatakan x sebagai fungsi y dan z, atau
y sebagai fungsi x dan z, atau z sebagai fungsi x dan y.
Langkah 2:
Substitusikan x
atau y atau z yang diperoleh pada langkah 1 ke dalam dua persamaan yang lainnya
sehingga didapat SPLDV.
Langkah 3:
Selesaikan
SPLDV yang diperoleh pada langkah 2
2.
Metode Eleminasi
Langkah-langkah
penyelesaian SPLTV (dalam x, y, dan z) dengan menggunakan metode eliminasi
adalah sebagai berikut:
Langkah 1:
Langkah 1:
Eleminasi salah
satu peubah x atau y atau z sehingga diperoleh SPLDV.
Langkah 2:
Selesaikan
SPLDV yang didapat pada langkah 1
Langkah 3:
Substitusikan
nilai-nilai peubah yang diperoleh pada langkah 2 kedalam salah satu persamaan semula
untuk mendapatkan nilai peubah yang lainnya. (Sartono, 2006 : 114)
Contoh Soal:
1.
Carilah himpunan penyelesaian SPLTV berikut dengan metode
substitusi
x – 2y + z = 6
3x + y – 2z = 4
7x – 6y – z =
10
Jawab:
Dari persamaan
x – 2y + z = 6 x = 2y – z – 6. Peubah x ini di substitusikan
ke persamaan 3x + y – 2z = 4 dan 7x – 6y – z = 10, diperoleh
3(2y – z – 6) + y – 2z = 4
6y – 3z – 18 + y – 2z = 4
7y – 5z = -14 ...................................................................
(1)
Dan
7(2y – z + 6) – 6y – z = 10
↔ 14y – 7z + 42
– 6y – z = 10
↔ 8y – 8z = -32
y – z = 4
......................................................................... (2)
Persamaan (1) dan (2) membentuk SPLDV y dan z
7y – 5z = -14
y – z = -4
Dari persamaan y – z = -4 y = z – 4
Peubah y di substitusikan ke persamaan 7y – 5z = -14,
diperoleh:
7 (z
– 4) – 5z = -14
↔ 7z – 28 – 5z = -14
↔ 2z = -14
↔ z = 7
Substitusi nilai z = 7 ke persamaan y = z – 4, diperoleh:
y = 7 – 4 = 3
Substitusi nilai y = 3 dan z = 7 ke persamaan x = 2y – z
+ 6, diperoleh:
x = 2(3) – 7 + 6 = 5
Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah [(5, 3, 7)].
2.
Carilah himpunan
penyelesaian dari tiap SPLTV berikut dengan metode eliminasi
2x
– y + z = 6
x – 3y + z = -2
x + 2y – z = 3
Jawab:
Eleminasi peubah z:
Dari persamaan pertama dan kedua Dari persamaan kedua dan ketiga
2x – y + z = 6 x
– 3y + z = -2
x
– 3y + z = -2 x
+ 2y – z = 3
x + 2y = 8 ................... (1) 2x – y = 1
.................. (2)
Persamaan (1) dan (2) membentuk SPLDV x dan y.
x
+ 2y = 8
2x – y = 1
Eleminasi peubah y:
x
+ 2y = 8 x 1 x + 2y = 8
2x
– y = 1 x 2 4x – 2y = 2
5x = 10
x
= 2
Eleminasi peubah x:
x
+ 2y = 8 x 2 2x + 4y = 16
2x
– y = 1 x 1 2x – y = 1
5y = 15
y
= 3
Nilai z dicari dengan mensubtitusikan x = 2 dan y = 3
kesalah satu persamaan semula.
Misalnya dipilih persamaan x + 2y – z = 3, diperoleh:
2 + 2(3) – z = 3
z = 5
Jadi, himpunan penyelesaian SPLTV itu adalah [(2, 3, 5)].
Note:
Setelah diperoleh sistem persamaan :
x + 2y = 8
2x – y = 1
SPLDV ini dapat saja diselesaikan dengan menggunakan
metode substitusi. Dalam hal demikian, dikatakan menggunakan gabungan metode
eliminasi dan substitusi.
Kegiatan Pembelajaran Saat Mengaplikasikannya
A.
Kegiatan Awal
·
Guru memberi salam pembuka dan mengontrol kehadiran siswa.
·
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
·
Guru menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan
yaitu model Quantum Teaching.
·
Guru memotivasi siswa dalam kerangka rancangan Quantum
Teaching yaitu TANDUR.
·
Guru menyampaikan apersepsi.
B.
Kegiatan Inti
·
Guru memutarkan musik instrumental dengan tujuan merilekskan
pikiran, hati, memusatkan pikiran.
·
Guru menunjukkan sebuah poster afirmasi dengan tujuan
menumbuhkan minat belajar dengan siswa.
·
Guru menjelaskan materi sistem persamaan linear tiga
variabel.
·
Guru memberikan contoh soal.
·
Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 5 – 6 siswa.
·
Guru membagi lembar kerja kepada masing-masing kelompok.
·
Masing-masing kelompok mendiskusikan permasalahan yang
diberikan dengan diiringi musik instrumental.
·
Guru mengontrol dan membimbing kerja kelompok.
·
Guru meminta setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi.
·
Guru memberi kesempatan kelompok lain untuk mengajukan
pertanyaan.
·
Guru mengevaluasi hasil diskusi tiap-tiap kelompok.
·
Guru memberi penghargaan kepada kelompok yang
mempresentasikan dengan baik.
·
Guru memberi ulasan / penegasan
materi yang dipelajari.
C.
Kegiatan Akhir
·
Guru bersama-sama siswa menarik kesimpulan dari materi yang
telah dipelajari.
·
Guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang telah
dipelajari.
·
Guru memberikan tugas rumah.
·
Guru mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan salam penutup.
D.
Hendaknya Guru Memperhatikan
·
Keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan.
·
Kerjasama siswa dalam kelompok.
·
Minat belajar siswa dalam menerima pelajaran.
·
Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Quantum Teaching adalah pengubahan
belajar yang meriah dengan segala nuansanya yang menyertakan segala kaitan
interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar yang berfokus pada
hubungan dinamis dalam lingkungan kelas.
Kerangka Rancangan Belajar Quantum
Teaching dikenal sebagai TANDUR ( Tumbuhkan, Alami, Namai, Demontrasikan,
Ulangi, Rayakan)
Dengan model pembelajaran Quantum
Teaching, Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel menjadi sangat mudah dan
menyenangkan. Sehingga semangat dan motivasi siswa menjadi sangat tinggi.
B.
Saran
·Agar penggunaan model Quantum
Teaching ini dapat berjalan, maka diperlukan kreatifitas yang tinggi bagi
seorang guru.
·Sebaiknya penggunaan model harus
sesuai dengan materi yang diajarkan.
· Guru harus mampu melibatkan semua
siswa saat proses belajar mengajar. Maka, yang harus dilakukan adalah merubah
posisi tempat duduk siswa.
· Bila diperlukan gunakan musik untuk menata suasana hati, mengubah
keadaan mental siswa dan mendukung lingkungan belajar. Karena musik membantu pelajar bekerja lebih baik
dan mengingat lebih banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar