Lamaa.. gakk postiing, ini dibaca yahh walaupuun darii copas tetangga
sebelah :D ... semoga biisa merubah mindset kita :)
“Pah kenalin cowok aku.”
“Oh, namanya siapa?”
“Bond, Kas Bond.”
“...”
“Pah, cowok aku ini mau serius sama aku.”
“Oh gitu.”
“Iya, tau gak Pah? Dia itu mahasiswa, pinter loh, ipeka-nya aja cumlaude.”
“Oh jadi kamu ngerasa oke mentang-mentang saya cuma punya ipeka 2?!”
“E.. enggak kok Om enggak!”
<nahloh?!>
Kata orang, ipeka itu bisa buat bangga calon mertua.
Bagi gue, hal itu nggak selalu benar. Liat aja ilustrasi percakapan di atas.
Bisa modyar kalo ternyata calon mertua kita adalah mantan mahasiswa yang
beripeka dua, terus rada sensi sama mahasiswa yang punya ipeka lebih tinggi
dari dia.
Pesan moral: punya ipeka yang sedang-sedang aja, seperti sebuah lagu, “Ipeka tidak tinggi Pak, ipeka tidak rendah Pak. Yang sedang sedang saja, yang penting bisa wisuda.” *joget
Ehm,
Ngomong-ngomong soal ipeka, gue ada sedikit cerita,
Pesan moral: punya ipeka yang sedang-sedang aja, seperti sebuah lagu, “Ipeka tidak tinggi Pak, ipeka tidak rendah Pak. Yang sedang sedang saja, yang penting bisa wisuda.” *joget
Ehm,
Ngomong-ngomong soal ipeka, gue ada sedikit cerita,
“Sam, elo punya lepi beginian nggeaak?”, temen gue
nyombong sama lepi barunya.
“Wuih, dapet dari mana?”
“Dapet beasiswa, dapet ginian juga. Punya nggeaak?”, bibirnya mulai
menyinyir.
“...”, gue kacangin aja dia, belagu banget.
“Heh Sam, punya lepi kayak gini nggak? Punya nggeaak?”, makin nyolot.
“Apaan sih?!”, gue makin bete.
“Iya, elo punya lepi kayak gini gak? Soalnya gue cuma mau nanya, tombol wifi-nya
yang mana ya?”
“...”, hening, ternyata dia katro.
Sahabat gue,
namanya Wibo (disamarkan). Dia ini mahasiswa berprestasi di kampus, nggak heran
karena ipeka-nya yang cumlaude, prestasinya juga banyak, walaupun nggak
jauh beda sama gue. Perlu diketahui, gue ini juga mahasiswa berprestasi...
dalam depresi, beda tipis.
Wibo sering banget dapet beasiswa, entah dari dikti atau dari berbagai instansi. Sering kali gue jadi envy, tapi mau gimana lagi. Kesibukan kita emang beda. Wibo seneng banget belajar, sedangkan gue...
Bukannya mau ngeles nih, tapi kadang kesibukan di luar kuliah bisa membuat kita nggak focus sama pelajaran, itu yang gue alami. Makanya ketika tiba waktu belajar, sering kali gue suka tepar.
Kesibukan gue itu suka tidur. Maklum, gue mau mengejar mimpi, biar sukses. Tidur itu kesibukan yang paling melelahkan, makanya gue harus banyak-banyak istirahat. Gue emang hebat.
Kembali ke Wibo,
Selain belajar, Wibo ini orang yang seneng banget makan, apalagi kalo ditraktir. Gue heran, dia sering dapet beasiswa tapi masih suka minta traktir sama gua,
Wibo sering banget dapet beasiswa, entah dari dikti atau dari berbagai instansi. Sering kali gue jadi envy, tapi mau gimana lagi. Kesibukan kita emang beda. Wibo seneng banget belajar, sedangkan gue...
Bukannya mau ngeles nih, tapi kadang kesibukan di luar kuliah bisa membuat kita nggak focus sama pelajaran, itu yang gue alami. Makanya ketika tiba waktu belajar, sering kali gue suka tepar.
Kesibukan gue itu suka tidur. Maklum, gue mau mengejar mimpi, biar sukses. Tidur itu kesibukan yang paling melelahkan, makanya gue harus banyak-banyak istirahat. Gue emang hebat.
Kembali ke Wibo,
Selain belajar, Wibo ini orang yang seneng banget makan, apalagi kalo ditraktir. Gue heran, dia sering dapet beasiswa tapi masih suka minta traktir sama gua,
“Sam, ajak gue makan donk.”
“Dih, elo kan dapet beasiswa, harusnya elo yang nraktir gue donk!”
“Beasiswa itu uang rakyat Sam. Gak boleh disalahgunakan.”
“Ah busuk lo.”
Kita pun makan berdua bersama, bahagia selama-lamanya.
TAMAT.
Sahabat gue yang satu ini, walaupun mahasiswa berprestasi dan beripeka tinggi, Wibo bukan anak sombong, dia anak baik, dan rajin menabung (uang beasiswa).
Kalo ngobrol sama dia, gue sering banget dikasih nasihat,
Sahabat gue yang satu ini, walaupun mahasiswa berprestasi dan beripeka tinggi, Wibo bukan anak sombong, dia anak baik, dan rajin menabung (uang beasiswa).
Kalo ngobrol sama dia, gue sering banget dikasih nasihat,
“Gak pa-pa Sam, walau ipeka elo gak seberapa, jangan
menyerah. Masa depan pasti cerah.”
Setelah ngedengerin nasihat dia, gue jadi semangat... nyekek-nyekek leher
dia.
“Iya cerah buat elo?! Buat gue kagak!”
“Santai. Kita sama-sama tau, IPK itu kayak NEM, sama-sama tiga huruf.”
“Terus gue harus bilang WOW gitu?!”, kata gue yang kala itu masih sangat
ainstream.
“IPK itu kayak NEM. Pas kuliah sekarang, NEM SD-SMP-SMA nggak keinget lagi
kan? Begitu juga nanti kalo udah lulus. IPK tetep gak bisa buat makan kalo kita
nggak usaha.”
“Tapi kan kata orang IPK itu kunci pintu gerbang buat ngelamar pekerjaan.”
“Ya kalo elo nggak punya kunci, bikin aja pintu sendiri.”
“...”
Dari nasihatnya, gue jadi tau kenapa dia dapet anugrah
sebagai mahasiswa berprestasi, ternyata ‘berprestasi’ nggak cuma perkara nilai,
tapi juga mindset.
***
Emang nggak dipungkiri, orang beripeka tinggi secara nggak langsung punya kesempatan sukses yang lebih besar. Kayak pepatah ini, “Ipeka tinggi nggak menentukan kesuksesan... apalagi ipeka rendah.”
...
...
Bunuh dirinya udah?
Wibo sekarang udah lulus, tentunya sebagai salah salu lulusan terbaik kampus. Nggak lama setelah lulus, dia diterima bekerja di salah satu perusahaan. Pekerjaannya bukan kerja kantoran, tapi banyak bekerja di lapangan. Mungkin kerjaannya ngepel lapangan bola.
Suatu hari, dia menghubungi gue.
***
Emang nggak dipungkiri, orang beripeka tinggi secara nggak langsung punya kesempatan sukses yang lebih besar. Kayak pepatah ini, “Ipeka tinggi nggak menentukan kesuksesan... apalagi ipeka rendah.”
...
...
Bunuh dirinya udah?
Wibo sekarang udah lulus, tentunya sebagai salah salu lulusan terbaik kampus. Nggak lama setelah lulus, dia diterima bekerja di salah satu perusahaan. Pekerjaannya bukan kerja kantoran, tapi banyak bekerja di lapangan. Mungkin kerjaannya ngepel lapangan bola.
Suatu hari, dia menghubungi gue.
“Sam udah lulus lo?”
“Ada pertanyaan laen gak?”
“Hehe.”
“Hehe, gimana kabar? Gawe di mana?”
“Di perusahaan agri-bisnis, berbau social-entrepreneur gitu.”
“Wuih keren.”
“Iya. Disukurin aja. Sam gue mau ngasih tau, ipeka atau lama lulus, nggak
dipandang di dunia kerja, yang lebih penting itu networking dan skill ternyata.
Gue dapet kerja ini juga karena itu, bukan karena prestasi-prestasi di kampus.
Lo juga udah tau ini kan? Yang penting semangat aja.”
“...”
Begitulah kata Wibo di sela-sela percakapan kita.
Walau sayangnya, kehidupan pasca kampus yang dialami Wibo nggak se-general keadaan yang ada. Ngerti gak? Gue juga nggak.
Maksudnya, nggak semua sarjana bisa punya nasib kayak Wibo. Karena banyak juga temen gue yang lulus cumlaude, tapi masih sulit mencari kerja, ini fakta.
Seandainya semua sarjana kayak Wibo, event-event jobfair pasti nggak akan seramai dewasa ini. Makanya, sarjana yang masih nganggur, kalian sangat berjasa... bagi penyelenggara event-event jobfair. Kalian pahlawan, pft.
***
Oke, nggak banyak yang mau gue bahas, dan di penghujung postingan edisi Hari Pahlawan kali ini –walau nggak ada nyambung-nyambungnya, kalo boleh gue berkesimpulan dari wisdom yang gue dapet dari sahabat gue Wibo,
Sukses itu kayak sebuah variable dependent, yang sangat dipengaruhi banyak faktor. Sukses itu nggak mesti beripeka bagus, nggak juga harus cepet lulus. Sukses itu bagaimana cara pandang kita berpikir, ini soal mindset. Sifatnya subjektif.
Perkara beasiswa atau ipeka. Hari ini kita sulit dapet beasiswa karena rendahnya ipeka kita, tapi suatu hari bisa jadi kita yang memberikan beasiswa.
Perkara sulit kerja karena rendahnya ipeka. Mungkin hari ini kita masih bingung mencari kerja, tapi siapa tau suatu hari nanti, di saat yang lain masih mencari kerja, kita udah bisa mencari pekerja.
Udah itu aja. Selamat Hari Pahlawan. Kita adalah pahlawan untuk kehidupan kita sendiri –gue juga nggak tau maksudnya apa.
Walau sayangnya, kehidupan pasca kampus yang dialami Wibo nggak se-general keadaan yang ada. Ngerti gak? Gue juga nggak.
Maksudnya, nggak semua sarjana bisa punya nasib kayak Wibo. Karena banyak juga temen gue yang lulus cumlaude, tapi masih sulit mencari kerja, ini fakta.
Seandainya semua sarjana kayak Wibo, event-event jobfair pasti nggak akan seramai dewasa ini. Makanya, sarjana yang masih nganggur, kalian sangat berjasa... bagi penyelenggara event-event jobfair. Kalian pahlawan, pft.
***
Oke, nggak banyak yang mau gue bahas, dan di penghujung postingan edisi Hari Pahlawan kali ini –walau nggak ada nyambung-nyambungnya, kalo boleh gue berkesimpulan dari wisdom yang gue dapet dari sahabat gue Wibo,
Sukses itu kayak sebuah variable dependent, yang sangat dipengaruhi banyak faktor. Sukses itu nggak mesti beripeka bagus, nggak juga harus cepet lulus. Sukses itu bagaimana cara pandang kita berpikir, ini soal mindset. Sifatnya subjektif.
Perkara beasiswa atau ipeka. Hari ini kita sulit dapet beasiswa karena rendahnya ipeka kita, tapi suatu hari bisa jadi kita yang memberikan beasiswa.
Perkara sulit kerja karena rendahnya ipeka. Mungkin hari ini kita masih bingung mencari kerja, tapi siapa tau suatu hari nanti, di saat yang lain masih mencari kerja, kita udah bisa mencari pekerja.
Udah itu aja. Selamat Hari Pahlawan. Kita adalah pahlawan untuk kehidupan kita sendiri –gue juga nggak tau maksudnya apa.
***Pernah dimuat disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar